Darimana kita tahu bahwa Tuhan pasti menyembuhkan kita? Atau yang lebih tepatnya, mungkinkah Tuhan pasti menyembuhkan tiap orang yang meminta kepada-Nya? Bukankah ada cukup banyak orang yang sudah berdoa dengan tekun selama bertahun-tahun agar ia disembuhkan, tapi ternyata ia tidak sembuh bahkan justru meninggal dunia? Apakah itu salah orang itu atau memang Tuhan yang tidak mau menyembuhkan dia?
Mengapa Yesus melakukan hal itu?
Karena yang menjadi hakikat dari karya penebusan yang kemudian Tuhan genapi di atas kayu salib adalah menebus dosa, yang di sini juga termasuk semua akibat dari dosa. Untuk dosa dan kesalahan kita, Allah sediakan pengampunan. Untuk hukuman maut, Allah telah menyediakan kehidupan. Dan untuk penyakit, Allah menyediakan kesembuhan. Itulah yang telah dicapai Yesus melalui pengorbanan-Nya. Jadi, menyembuhkan adalah salah satu hakikat jati diri Tuhan yang telah terbukti melalui peristiwa penyaliban dan kebangkitan.
Kesembuhan adalah hak Tuhan
Kesembuhan adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari konsep keselamatan. Kesembuhan adalah keinginan Kristus (2 Pet. 3:9). Namun demikian, sebagaimana pengorbanan Yesus juga adalah inisiatif Tuhan sendiri, demikian juga ini juga berarti kesembuhan adalah kehendak dan hak preogratif Tuhan saja. Pertanyaannya, apakah Tuhan pasti akan menyembuhkan semua orang yang telah berdoa dan memohon kepada-Nya?
Jehova Rapha
Alkitab mengatakan bahwa selama masih di dunia, Yesus berjalan berkeliling dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis" (Kis. 10:38). Alkitab juga mengatakan Ia mendatangi berbagai desa dan kota dan "melenyapkan segala penyakit dan kelemahan" (Mat. 9:35). Itulah sebabnya di Perjanjian Lama, Ia disebut Jehova Rapha, Dia adalah Allah yang menyembuhkan (Kel.15:26). Allah menyebut diri-Nya sendiri sebagai Tuhan yang Menyembuhkan.
Empat Injil menunjukkan bahwa selama pelayanan Yesus di bumi, ada begitu banyak kejadian ketika seseorang mendekati Yesus dan memohon kesembuhan. Dari semua kejadian itu, tidak pernah sekalipun Yesus berpaling dari mereka dan mengatakan bahwa Ia tidak mau menyembuhkan. Namun, itu bukan berarti kita berhak menuntut Tuhan harus menyembuhkan kita. Tuhan adalah Allah yang berdaulat. Ia tahu mana yang terbaik bagi kita. Ia bahkan bisa memakai kita dan hidup kita untuk tujuan yang lebih mulia dari yang kita bayangkan.
Belajar dari iman Paulus
Itulah sebabnya kita juga harus belajar dari Paulus yang dengan luar biasa mengatakan, “Jika aku harus bermegah, maka aku akan bermegah atas kelemahanku.” (2 Kor. 11:30). Ada kalanya Ia memberi yang lebih besar dari kenyamanan jasmani, termasuk kesembuhan atas penyakit yang menyerang fisik kita, Tuhan bahkan sanggup memberikan berkat dan kedewasaan rohani. Paulus tahu ini sehingga ia tidak lagi terlalu mempermasalahkan apalagi mengeluh, saat ia jatuh sakit atau bahkan disiksa karena pemberitaan injil.
Iman yang dimiliki Paulus adalah iman yang lebih mengutamakan visi dan kehendak Tuhan atas hidupnya. Alih-alih terpaku pada keterbatasan fisik, ia justru melupakan itu dan terus berlari ke tujuan yang lebih utama, yaitu panggilan surgawi (Flp. 3:14). Paulus jelas adalah manusia biasa yang juga punya berbagai kelemahan, sama seperti kita semua. Dengan demikian, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bisa memiliki iman seperti Paulus: iman yang lebih melihat kepada kehendak Tuhan. Kita sudah tahu bahwa Tuhan kita adalah Allah yang Menyembuhkan dan yang akan penuh kasih kepada setiap manusia. Dan kita juga tahu bahwa pikiran Allah jauh melebihi pikiran dan rencana kita. Lebih dari itu, sebagai orang percaya kita tahu bahwa lewat karya salib, Allah telah menyembuhkan dan memulihkan kita dari hubungan yang rusak dengan Bapa. Ya, Tuhan sudah menyembuhkan kita!
Post A Comment:
0 comments: